Jumat, 31 Oktober 2008

Suryowijayan Kampung Legendaris













Nama Suryowijayan berasal dari nama Pangeran Suryowijoyo, putera HB VII.
"Tempat ini dulu menjadi pusat logistik," kata RM Noeryanto, cucu Sri Sultan HB VIII.

Suryowijayan memang kampung legendaris. Tidak hanya pamor dalam bergotong-royong tetapi Juga pamor sebagai kampung yang melahirkan pemain-pemain ketoprak. Dari Suryowijayan telah lahir pemain ketoprak mulai taraf kampung, nasional hingga internasional. Sebut saja Slamet Rejo, Sumo "Mahesa Jenar", Niti Gurnih, Wiryo dan Islan. Mereka adalah pemain ketoprak kawakan yang kini berusia senja. Dulu, mereka berlatih dan bermain di pendopo Dalem Suryowijayan yang telah berusia ratusan tahun. Pendopo, pringgitan dan bangunan lain menjadi saksi bisu perjuangan Indonesia zaman perjuangan.

"Tempat ini dulu menjadi pusat logistik," kata RM Noeryanto, cucu Sri Sultan HB VIII. Nama Suryowijayan berasal dari nama Pangeran Suryowijoyo, putera HB VII. Dalam perjalanannya, kepemilikan Dalem Suryowijayan beralih ke HB VIII. Isteri HB VIII adalah sosok pecinta ketoprak. Itulah sebabnya, di Dalem Suryowijayan akhirnya menjadi pusat kegiatan ketoprak. Bahkan, dilakukan pentas ketoprak setiap bulan. Sampai sekarang, kegiatan ketoprak terus berlangsung. Para pemain telah dikumpulkan dalam wadah Paguyuban Tari Suryo Kencono. Anggotanya tidak hanya pemain kawakan, melainkan anak-anak muda yang menggilai ketoprak.

Selain ketoprak, ada bentuk kesenian yang pernah lahir di Suryowijayan. Kesenian itu adalah musik bambu. Suara yang dimunculkan seperti nada musik umumnya. Ada bass, tenor, celo dan string. Permainan musik ini juga dilengkapi penyanyi. Kesenian tradisional itu sangat terkenal pada abad 18. Namun, sekitar 1960, musik bambu hilang ditelan zaman.

Kamis, 09 Oktober 2008

Sampah vs Perilaku

APA BENAR SAMPAH SUMBER MASALAHNYA???

Oleh : Hari S.

Plastik sendiri butuh waktu 200-1000 tahun untuk hancur, berarti dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini ada 2.190.000.000 x 20 tahun = 43.800.000.000 lembar plastik di propinsi Jogjakarta yang belum hancur. (kira-kira bisa untuk bikin candi Borobudur belum yach?!)he…he…he…


Banyak sekali tragedi lingkungan yang sudah terjadi di Indonesia ini seperti banjir, pencemaran air, wabah penyakit, meletusnya gunung sampah, meningkatnya suhu bumi dan lainya yang katanya disebabkan oleh sampah. Apa benar?

Setiap orang pasti akan menghasilkan sampah, baik sadar maupun tidak (kayaknya pura-pura nggak sadar deh!!he..he..). Ada temen-temen yang gak menghasilkan sampah?? Saat aku beli sambel welut dan belut goreng dengan rantang sendiri, penjualnya bicara seperti ini, “pake plastik aja ya, mas? “ yaahh!!ngapain aku bawa tempat sendiri kalau di kasih plastik lagi (bicaraku dalam hati). “gak usah bu, jadiin satu aja di rantang”tegasku. Ini hanya salah satu cerita kecil dimana betapa murahnya plastik yang tanpa dimintapun akan diberikan secara cuma-cuma oleh penjual.

Saat makan permen, kadang bungkusnya langsung kita buang karena hanya dianggap plastik kecil. Seperti halnya ketika belanja, kita tidak membawa tempat sendiri karena dari tokonya nanti dapat wadah gratis, sampai di rumah tas yang kita peroleh kadang langsung kita buang, tanpa mempertimbangkan bahwa tas itu dapat kita gunakan lagi untuk belanja atau hal lain. Selain itu kita menyukai sesuatu yang instan atau sekali pakai. Di sisi lain, sistem pengelolaan sampah yang umum di Indonesia masih sebatas KUMPUL – ANGKUT – BUANG, dan ketika jenis sampahnya berubah belum diikuti perubahan sistem pengelolaan sampah yang tepat.

Di Jogjakarta ini saja, setiap hari ribuan sampah plastik & kertas dihasilkan, Salah satunya dengan predikat Jogjakarta sebagai kota pelajar, yang setiap tahun bertambah jumlah pelajar/mahasiswa untuk mengenyam pendidikan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap produksi sampah setiap harinya. Misal, saat waktunya makan banyak para pelajar/mahasiswa membeli makanan dengan dibungkus karena ingin makan di kos-kosan. Setiap beli mereka jarang membawa tempat sendiri sehingga dibungkus dengan kertas/kardus dan dibawa dengan plastik kresek. Jika di Jogjakarta ada 1000 mahasiswa/pelajar, maka sekali waktu makan akan dihasilkan 1000 lembar kertas/kardus dan 1000 lembar plastik. Paling tidak mereka sehari makan 2 kali, sehingga dalam sehari ada 2000 lembar plastik dan 2000 lembar kertas/kardus. Maka dalam sebulan akan dihasilkan plastik 2000 x 30 = 60.000 lembar dan kertas/kardus 60.000 lembar, dalam setahun ada 60.000 x 12 = 720.000 lembar plastik dan kertas/kardus.

Jumlah penduduk saat ini di Jogjakarta lebih dari 3 juta orang, jika setiap orang mengkonsumsi 2 plastik perharinya, maka dalam 1 tahun ada 3.000.000 x 2 plastik x 365 hari = 2.190.000.000 lembar plastik. Dari jumlah itu belum semuanya terkelola dengan tepat, masih ada yang di buang di sungai, dibakar dan ditimbun. Plastik sendiri butuh waktu 200-1000 tahun untuk hancur, berarti dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini ada 2.190.000.000 x 20 tahun = 43.800.000.000 lembar plastik di propinsi Jogjakarta yang belum hancur. (kira-kira bisa untuk bikin candi Borobudur belum yach?!)he…he…

Itu dari sampah plastik saja, belum sampah yang lain. Plastik boleh murah tapi ternyata mahal yang harus kita bayar untuk kerusakan lingkungan akibat plastik tersebut. Sebenarnya dari sampah non organik itu jika dikelola dengan tepat tidak akan menjadi sampah, karena bisa diolah lagi/didaur ulang. Hanya beberapa jenis saja yang belum bisa diolah lagi.

Jadi, sebenarnya siapa yang salah?sampahnya atau perilaku manusianya?

Tapi aku YAKIN kerusakan bumi ini dapat TERKURANGI jika mulai dari SEKARANG kita melakukan perilaku yang RAMAH LINGKUNGAN pada DIRI SENDIRI terlebih dahulu. Yaitu dengan melakukan prinsip 3 R (reduce, reuse, recycle).

  • Reduce (mengurangi timbulnya sampah) :
Belanja membawa tas sendiri

- - Beli pulsa tronik

- - Beli barang yang bisa digunakan berulang-ulang

- - Dan lainnya

  • Reuse (menggunakan kembali) :

- - Pembibitan dengan gelas air mineral

- - Pot dari ember cat

- - Tas kresek yang masih bagus

- - Dan lainnya

  • Recycle (mendaur ulang) :

- - Buat kerajinan dari sedotan & plastik

- - Membuat kertas daur ulang

- - Membuat kompos dari sampah organik

Dan lainnya