Selasa, 24 Januari 2012

BELAJAR BERSAMA ANAK-ANAK GEMPOL JUMOYO MAGELANG

by. Hari S.


"...Selamat pagi adik - adik ?? bagaimana kabarnya pagi ini ??..." Sapaan pertama yang terlontar saat memulai acara pelatihan sehari bersama anak-anak korban lahar dingin di Gempol Jumoyo Magelang.
Pagi itu saya dengan kedua teman dari Sukunan (Gatra dan Azmi) mendapat kesempatan untuk memfasilitasi pelatihan pengelolaan sampah ramah lingkungan dengan peserta anak-anak SD dan SMP. Kegiatan yang diprakarsai oleh Program HRF dengan pelaksana lapangan dari YEU Yogyakarta mencoba membuat sesuatu yang berbeda dalam hal pelatihan. Pada kesempatan ini kami merancang pelatihan tersebut dengan metode bermain untuk belajar. Sejumlah 39 anak berpartisipasi dalam kegiatan ini. Bermain adalah ciri kegiatan untuk anak-anak, sehingga dalam mengawali kegiatan ini anak-anak diajak berdiri dan bermain-main oleh Gatra untuk menarik konsentrasi dan semangat mereka.
Suasana yang tadinya terlihat tegangpun langsung sirna dengan gelak tawa anak-anak yang mulai menikmati permainan dan mengikuti instruksi fasilitator. Permainan selesai dan dilanjutkan dengan pembagian kelompok untuk melakukan pemetaan permasalahan lingkungan yang ada di huntara Jumoyo dan Larangan. Yang menarik dari kegiatan ini adalah kami menyerahkan sepenuhnya kepada anak-anak hal seperti apa yang menurut mereka itu permasalahan lingkungan. Metode yang kami lakukan, setiap kelompok (4 kelompok) dibekali dengan kamera saku dan tugasnya adalah memfoto segala hal yang mereka anggap permasalahan lingkungan.
Dengan waktu 45 menit anak-anak mulai berjalan di setiap lorong blok huntara dan mendokumentasikan apa yang mereka lihat. Kemudian setiap kelompok bercerita mengenai foto yang mereka ambil dan bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut, tentunya versi anak-anak. Hal ini akan memperkuat program pengelolaan sampah yang sudah disosialisasikan kepada orang tua mereka.
Diakhir sesi mereka diajak bermain-main lagi dengan membuat kerajinan daur ulang dari sampah kertas dan botol plastik. Kami membagi menjadi 2 kelompok besar yaitu, anak dibawah kelas 5 SD membuat kerajinan daur ulang kertas menjadi gantungan kunci dan kelompok kelas 5 SD sampai SMP membuat kerajinan dari botol plastik menjadi tempat pensil. Diluar dugaan, perkiraan waktu yang diperkirakan jam 3 sore selesai ternyata meleset. Hingga jam 4 sore kegiatan belum selesai, karena antusias anak-anak mengikuti kegiatan ini. Tetapi kegiatan harus dihentikan karena mereka mempunyai jadwal untuk mengaji sore itu. Ada yang belum selesai sudah dijemput oleh orang tuanya, sehingga kerejinan mereka bawa pulang dan diselesaikan di rumah.
Kegiatan yang cukup menguras tenaga tetapi sangat menyenangkan sehingga tidak terasa capek.
Sampai ketemu lagi teman-teman, lain waktu kita bermain lagi..

Senin, 23 Januari 2012

PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)


Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah penilaian/pengkajian/penelitiaan keadaan desa secara partisipatif. Maka dari itu, metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaa atau kondisi desa/wilayah/lokalitas tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat.


Robert Chambers adalah orang yang mengembangkan metode PRA, menyatakan bahwa metode dan teknik dalam PRA terus berkembang, sehingga sangat sulit untuk memberikan definisi final tentang PRA. Menurutnya PRA merupakan metode dan pendekatan pembelajaran mengenai kondisi dan kehidupan desa/wilayah/lokalitas dari, dengan dan oleh masyarakat sendiri dengan catatan :

(1) Pengertian belajar, meliputi kegiatan menganalisis, merancang dan bertindak;

(2) PRA lebih cocok disebut metode-metode atau pendekatan-pendekatan (bersifat jamak) daripada metode dan pendekatan (bersifat tunggal); dan

(3) PRA memiliki beberapa teknik yang bisa kita pilih, sifatnya selalu terbuka untuk menerima cara-cara dan metode-metode baru yang dianggap cocok.


Jadi pengertian PRA adalah sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat di suatu desa/wilayah/lokalitas untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan.


PRINSIP-PRINSIP PRA

Prinsip-prinsip dasar Participatory Rural Appraisal (PRA) terdiri dari :

1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan).

Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat.


2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat

Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat, kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.

3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator

PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Orang luar juga harus menyadari peranannya sebagai fasilitator. Fasilitator perlu memiliki sikap rendah hati serta kesediannya belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu. Pada tahap awal peranan orang luar lebih besar, namun seiring dengan berjalannya waktu diusahakan peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan PRA para masyarakat itu sendiri.


4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan

Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah, sehingga harusnya dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan masyarakat serta pengetahuan orang luar saling melengkapi dan sama bernilainya, dan bahwa proses PRA merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan itu agar melahirkan sesuatu yang lebih baik.


5. Prinsip Santai dan informal

Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus disambut secara resmi.


6. Prinsip Triangulasi

Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara sistematis bersama masyarakat. Untuk mendapatkan informasi yang kedalamnnya bisa diandalkan kita dapat menggunakan Triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck) informasi. Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu atau pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar belakang golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin) dan keragaman teknik.


7. Prinsip mengoptimalkan hasil

Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat guna menurut metode PRA adalah :

- Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui secukupnya saja)
- Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar seratus persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)

8. Prinsip orientasi praktis

PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena itu dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai alat atau metode yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang dikembangkan bersama masyarakat.


9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu

Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan, agar problem yang mereka akan kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi masyarakat.


10. Prinsip belajar dari kesalahan

Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang wajar, yang terpenting bukanlah kesempurnaan dalam penerapan, melainkan penerapan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita belajar dari kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang terjadi, agar pada kegiatan berikutnya menjadi lebih baik.


11. Prinsip terbuka

Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat teknik yang belum selesai, sempurna dan pasti benar. Diharapkan bahwa teknik tersebut senantiasa bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Sumbangan dari mereka yang menerapkan dan menjalankannya di lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran maupun merancang teknik baru yang akan sangat berguna dalam mengembangkan metode PRA.


Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/1947728-participatory-rural-appraisal-pra/#ixzz1kIGJSokm