Jumat, 30 Januari 2009

SUKUNAN KAMPUNG WISATA LINGKUNGAN

Launching Kampung Wisata Lingkungan


Tonggak perubahan telah di canangkan.

Homestay bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana pedesaan dengan berbagai aktivitas masyarakatnya seperti angon bebek, bajak sawah, pertanian organik, perikanan, makanan lokal

Setelah 5 tahun melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, kini Sukunan mengikrarkan diri menjadi “Kampung Wisata Lingkungan”. Bukan hanya sekedar ikrar semata, tetapi didasari perjuangan dan komitmen untuk mengelola lingkungan dengan tepat. Bukan hanya orang perorang, tetapi rakyat Republik Sukunan bahu membahu memperjuangkan lingkungan untuk anak cucu.

Sejak awal bulan Januari 2009, aktivitas masyarakat Sukunan terlihat lebih getol. Dari ibu-ibu yang kerja bakti di wilayahnya masing-masing setiap sore hingga anak-anak yang mempersiapkan sebuah pertunjukkan sepektakuler untuk bumi Sukunan. Peningkatan aktivitas ini bukan tak beralasan, Ya! Pada bulan ini, tepatnya tanggal 24 Januari 2009 masyarakat Sukunan telah menorehkan tonggak sejarah dalam bidang pengelolaan sampah yang saat itu belum banyak digembar-gemborkan banyak orang. Kegiatan pun digelar selama sepekan, dari tanggal 19 – 24 Januari 2009 dengan berbagai macam perlombaan, pelatihan, aksi sosial kemasyarakatan dan launching kampung wisata lingkungan yang diresmikan oleh wakil bupati Sleman Bapak Sri Purnomo.

Berbeda dengan kampung wisata yang ada di wilayah Sleman kebanyakan, Sukunan membawa nuansa baru dalam konsep kampung wisata yaitu lebih spesifik ke arah wisata lingkungan didukung dengan potensi alamnya yang masih asri. Selain itu juga penyiapan homestay bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana pedesaan dengan berbagai aktivitas masyarakatnya seperti angon bebek, bajak sawah, pertanian organik, perikanan, makanan lokal dll.

STYROFOAM


Pembakaran sampah styrofoam menghasilkan senyawa CFC yang dapat merusak lapisan ozon, susah terurai dalam tanah (memerlukan waktu 200 juta tahun), dan tidak laku dijual kembali (tidak dapat didaur ulang).

Di balik kelebihan styrofoam menahan panas inilah masalah utamanya. Styrofoam ini sesungguhnya masih tergolong keluarga plastik. Menurut penelitian para ahli, bahan pembentuk styrofoam yang disebut juga gabus, bersifat racun dan bisa mencemari makanan serta minuman. Terutama makanan yang masih panas dan berlemak ketika dimasukkan ke dalam wadah putih ini tak lama kemudian akan meleleh.

Plastik pada bahan styrofoam tersusun dari polimer, yakni rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer (bahan-bahan pembentuk plastik). Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urine maupun feses (kotoran). Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Mengutip pernyataan dosen teknologi pangan dari Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Lanita Msc Med, pada plastik pembungkus makanan dan styrofoam juga ditemukan zat pengawet mayat. Waduh malah tambah gawat lagi nih! Belum mati tapi udah diawetin! He he

Dari sampah menuju kehidupan yang lebih baik.